Rabu, 28 November 2012

galau

Untuk melangkah membuat sebuah perubahan ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Ini hanyalah perubahan pada diri sendiri. Berubah dari seorang karyawan menjadi seorang yang mempunyai usaha sendiri. Sungguh sulit. Apalagi bagi orang yang sudah berkeluarga seperti saya. Yang punya banyak tanggungan. Anak-anak sekolah, kontrakan rumah, kredit motor, koperasi, wah seabrek tanggungan yang harus saya selesaikan. permasalahan menjadi semakin susah saat pasangan kita mempunyai kekhawatiran yang berlebihan. Tapi wajar bila rasa khawatir itu muncul. Apalagi melihat kebutuhan yang semakin besar, sementara pendapatan belum ada kepastian.
Mungkin untuk perubahan dibutuhkan sebuah energi yang sangat besar. Apa harus menunggu di PHK dulu, baru berani melakukan perubahan ? yah, memang berat meninggalkan kenyamanan menuju ketidaknyamanan. Namun jika mempelajari kisah hidup orang-orang yang sukses, semua di mulai dari ketidaknyamanan. Kecuali bagi orang-orang yang lahir dari rahim konglomerat.
Harus berubah, saya harus berubah.

Minggu, 26 September 2010

Tuhankupun berubah

"Apakah Tuhan ada?'
"Ada"
"Darimana tahu Tuhan ada?"
"Dari orang tua dan guru-guru", jawabku mantap.
"Jika orang tua dan guru-guru tidak mengajari berarti Tuhan tidak ada ?". Aku tersentak. Baru kali ini aku mendapati permasalahan seperti ini. Sebuah persoalan yang sudah mapan seharusnya tidak perlu diungkit lagi. Pemahaman yang kupegang selama duapuluh empat tahun telah didobrak. Aku sesaat diam.

Sejak kecil ajaran tentang Tuhan sudah menjejal di kepalaku. Tuhan itu ada. Dia yang menciptakan langit dan bumi. Yang dengan kekuasaan-Nya manusia tidak boleh membicarakan-NYa agar tidak masuk pada tindakan pelecehan Tuhan.Supaya tidak masuk pada kesalahan yang menyeret keneraka penyiksaaan. Sehingga aku hanya boleh percaya Tuhan itu ada. Tuhan itu satu. Tanpa boleh bertanya benarkah Dia ada? Sungguhkah Tuhan itu satu ? aku kembali terdiam.

Selama ini aku berbuat baik karena yakin dengan Tuhan ku. Aku memusuhi manusia lain karena yakin dengan Tuhan ku. Aku memilih pekerjaan karena yakin dengan Tuhan ku. Tuhan yang akan memberi surga atas kebaikanku dan memberi siksa atas kejahatanku. Kini aku jadi bertanya pada diriku sendiri " Tuhan ku kah ini?" atau Tuhan orang tuaku ?, Tuhan guruku, tetanggaku, temanku atau Tuhan negaraku ?

Lunglai akalku. Pemahaman yang kukira final ternyata hanya sebuah halte. Aku harus kembali berjalan enelusuri berbagai pemahaman yang terbentang. Yang dulu sangat menakutkanku. Untuk benar-benar menemukan-Nya. "Maafkan aku Tuhanku, aku harus Menemukan-Nya."

Kamis, 15 Juli 2010

Kenyamanan terlalu sering menidurkan kesadaranku. Membuat aku hanya tediam tanpa bergerak sedikitpun. Untuk sebuah perubahan. Menikmati dan terus menikmati, hingga habis masa. Kenyamanan menjelma bagai penjara yang mengkrangkeng segenap keinginan. Mengurung hasrat dengan jeruji ketakutan-ketakutan, tanpa menunjukkan celah harapan yang terbentang. Kenyamanan terkadang bagai setan yang meniupi ruhku untuk terus terpejam.
Sungguh, kenyamanan telah mematikan banyak orang. Merendahkan banyak cita-cita. Kenyamanan terkadang juga menjadi surga yang harus dipertahankan. Dengan cara apapun. Oh.... aku. Oh..... aku, akankah terus terjebak dalam surga ini ? Bila habis masanya kan bermetaformosis menjadi neraka......................... jika akau tak pernah bergerak untuk sebuah perubahan.